BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Latar belakang masalah
Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan dari suatu pembelajaran. Hal ini merupakan hal utama yang diperhatikan oleh berbagai pihak dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran.
Masalah yang dihadapi dalam kenyataan adalah adanya hasil pembelajaran, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas I di SD Wojo, belum mencapai nilai yang maksimal. Hal ini bisa dilihat dari dari nilai rata-rata ulangan harian yang masih di bawah KKM.Yaitu KKM 75, nilai rata-rata yang diperoleh 65.
Masalah ini disebabkan guru dalam menggunakan metode yang kurang sesuai. Kebiasaan guru hanya menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Kemampuan guru dalam menggunakan metode demonstrasi masih kurang. Sehingga dalam proses pembelajaran terkesan monoton dan kurang menarik.
Di samping penggunakan metode yang kurang sesuai, juga karena alat peraga yang digunakan masih terbatas. Hal ini bisa dilihat dalam proses pembelajaran alat peraga yang digunakan seadanya. Guru tidak menyiapkan alat peraga secara matang.
Dengan melihat keadaan seperti ini, otomatis siswa tidak tertarik dalam mengikuti pelajaran. Sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran. Ada siswa yang bercanda, ada yang berlarian ke sana ke mari, ada yang bermain sendiri dan sebagainya.
2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Kemampuan guru dalam menggunakan metode yang sesuai masih kurang
2. Alat peraga yang digunakan masih terbatas
3. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran
4. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA rendah
3. Analisa masalah
Dengan memperhatikan paparan tersebut perlu adanya terobosan baru untuk mengatasi masalah tersebut. Maka peneliti melakukan diskusi bersama-sama dengan teman sejawat yang bernama Ibu Badiyah, S. Pd. Berdasarkan hasil diskusi, maka diusulkan agar menerapkan metode demonstrasi untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Diharapkan dengan penggunaan metode demonstrasi dapat mengatasi masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana menerapkan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
2. Bagaimana menerapkan metode demonstrasi pada mata pelaajaran IPA untuk meningkatkan aktifitas siswa?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sejalan dengan apa yang sudah diutarakan pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan metode demonstrasi.
2. Meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa
b. Meningkatkan hasil belajar siswa
c. Siswa lebih termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran
2. Guru
a. Memperbaiki tindakan dalam kegiatan pembelajaran
b. Mengembangkan potensi pembelajaran
3. Sekolah
a. Tercipta suasana kelas yang efektif dan menyenangkan
b. Meningkatkan kualitas pendidikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORI
1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Nash dalam bukunya , The Nature of Sciencies menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Selain itu Nash juga menjelaskan , bahwa cara IPA mengamati alam ini bersifat analisis, lengkap, cermat dan menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain, sehingga keseluruhan membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya (Darmodjo, 1992 : 3).
IPA merupakan suatu disiplin ilmu yang terdiri atas physical science (ilmu fisika) dan life science (ilmu biologi). Physical science meliputi ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi dan mineralogy, meteorology dan fisika. Sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi). White Head A. N. menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde yang pertama adalah observasi, yaitu berdasarkan pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta. Orde yang kedua adalah orde konseptual yang didasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam (Samatowa, 2006 : 1).
Menurut Suyoso (1998:23), IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara universal.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.
b. Perlunya IPA diajarkan di SD
IPA perlu diajarkan di SD karena termasuk dalam kurikulum suatu sekolah ( Samatowa, 2006 : 4 ). Ada beberapaalasan mengapa IPA diajarkan di SD yaitu :
1. IPA sangat bermanfaat bagi suatu bangsa, sebab IPA merupakan dasar teknologi sebagai tulang punggung pembangunan dan pengetahuan.
2. IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan konsep berpikir kritis.
3. Apabila IPA diajarkan dengan demonstrasi dan percobaan, maka IPA bukan pelajaran hafalan, melainkan pelajaran ketrampilan secara menyeluruh baikfisik maupun psikis.
4. IPA memiliki nilai-nilai dan potensi pendidikan yang dapat membentuk kepribadian secara menyeluruh.
Pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif dan sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari anak. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan, mereka memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasinya dalam kehidupan mereka.
Pada waktu kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya selalu memperhatikan dan mengetahui pengetahuan dasar apa saja yang anak-anak miliki.Pengalaman visual kita ketika melihat sesuatu sebagian tergantung pada pengalaman kita sebelumnya, pengetahuan dan harapan kita. Sains adalah pengetahuan yang dikembangkan melalui proses kerjasama temuan-temuan yang ada di alam. Hal ini dijelaskan juga oleh T. Collette dan E, L. Chiappeta sebagai berikut (Asma, 2006:37) :
“science should be viewed as a way of thingking in the persuit of understanding nature, as a way of investigating claims about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry”
Pembelajaran IPA (Sains) harus dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam, mengivestigasikan anggapan-anggapan kita tentang fenomena dan sebagai bangunan pengetahuan yang dihasilkan dari proses inkuiri.
2. Model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD
Model pembelajaran dipandang mampu untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Menurut Komarudin yang dikutip oleh Somatowa (2006 : 48 ), model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model ini dapat dipahami sebagai suatu tipe atau desain, suatu deskripsi atau analogi yang langsung diamati, suatu system atau asumsi-asumsi, data-data, dan obyek atau peristiwa, suatu desain yang disederhanakan dari suatu system kerja suatu terjemahan realitas yang disederhanakan, suatu despripsi dari suatu system yang mungkin atau imajiner, dan penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Model pembelajaran IPA dapat meningkatkan mutu pembelajaran IPA SD. Model pembelajaran pada dewasa ini adalah pandangan konstruktivisme yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Model pembelajaran konstruktivisme ini memperhatikan dan mengembangkan serta mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah. Pengetahuan siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah sebaiknya dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal siswa dalam sasaran pembelajaran, karena sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat.
Komponen utama yang secara langsung membentuk suatu model pembelajaran adalah materi. Adapun yang dibahas guru pada waktu guru mengajar adalah tahap berpikir siswa sebagai subyek belajar. Pendekatan dan metode serta alat evaluasi yang digunakan merupakan suatu program pembelajaran yang dirumuskan dengan jelas.
B. METODE DEMONSTRASI
1. Pengertian
Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topic bahasan yang harus didemonstrasikan.
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan sustu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui / melihat kebenaran sesuatu.
2. Tujuan
Apa tujuan digunakannya metode demonstrasi ? Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
b. Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
c. Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada siswa secara bersama-sama.
3. Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi
Kapan guru menggunakan metode demonstrasi ? Guru menggunakan metode demonstrasi apabila :
a. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gambling dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi.
b. Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi.
c. Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik, maupun sebaliknya.
d. Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja.
e. Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit.
4. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi
a. Kekuatan Metode demonstrasi
Kelebihan metode demonstrasi adalah :
1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme.
2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemonstrasikan itu.
3) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
4) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri.
5) Menyajikan materi yang tidak bias disajikan oleh metode lain.
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah :
1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.
2) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.
3) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab.
4) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang.
5. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Dmonstrasi
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Guru harus terampil melakukan demonstrasi.
b. Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi.
c. Mengatur waktu sebaik mungkin.
d. Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.
C. AKTIVITAS SISWA
1. Pengertian Aktivitas
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indicator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bias bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktivan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.
Trinandita (1984) menyatakan bahwa “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktivan siswa”. Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
2. Aktivitas Siswa Bertanya Dalam Pembelajaran
Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai subyek didik yang merencanakan, dan ia sendiri yang seharusnya melaksanakan belajar. Namun realitasnya, siswa masih cenderung pasif dan pembelajaran lebih berpusat kepada guru. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih terbatas pada mendengar penjelasan guru, mencatat, kemudian dilanjutkan dengan latihan soal. Aktivitas lain seperti melakukan penyelidikan melalui praktikum, diskusi, mengajukan pertanyaan, mengerjakan LKS, dan mempresentasikan hasil penyelidaikan masih kurang.
3. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, dan teknik dalam pembelajaran juga menuntut siswa terlibat secara aktif. Pentingnya aktivitas belajar siswa ini sesuai dengan tuntutan empat pilar pendidikan , yaitu learning to know, learning to do, learning to be oneself, dan learning to live together. Jadi pembelajaran harus menyebabkan siswa belajar aktif dan berpusat pada siswa.
D. HASIL BELAJAR
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini penjelasan mengenai prestasi belajar.
1. Pengertian prestasi
Menurut beberapa para ahli, ada beberapa definisi tentang prestasi yaitu :
a. Muhibbin Syah (1997 : 14) menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar.
b. Oemar Hamalik (2001 :159) menyatakan prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Jadi prestasi adalah hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar maupun bekerja.
c. Poerwadarmita (1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.
Dari penjelasan para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dalam belajar yang merupakan suatu usaha mengadakan perubahan sehingga didapatkan kecakapan baru, sehingga prestasi baru dapat diperoleh setelah seseorang melaksanakan atau mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan hasil atau kecakapan baru.
Peningkatan prestasi belajar seseorang harus ditunjang dengan kiat yang tinggi sehingga prestasi dapat dicapai secara maksimal. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu kemampuan seseorang yang professional yang didapat dari hasil perubahan tingkah laku. Orang lain akan mengakui dan menghargai apabila seseorang telah menunjukkan prestasi yang dimilikinya dengan memberikan suatu penghargaan yang berujud materi maupun non materi. Biasanya prestasi berhubungan erat dengan adanya kecerdasan atau intelegensi yang erat pula hubungannya dengan belajar.
2. Pengertian Belajar
Beberapa definisi belajar menurut para ahli sebagai berikut :
a. Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2004 : 128) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Hilgard dan Bower (1975 : 156) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan.
c. M. Sobri Sutikno (2004) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha seseorang yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
d. Thursan Hakim (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan, daya fikir dan kemampuan lainnya.
e. Santrock dan Yussen mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.
f. Reber mendefinisikan belajar sebagai penambahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Pengertian ini dapat dikelompokkan menjadi dua hal (Sugihartono, 2007), yaitu :
1) Belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan.
2) Belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif, konstan, dan berbekas (Winkel, 1996 : 36).
Berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam perubahan tingkah laku dan kemampuan berinteraksi secara langsung yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu tersebut dengan lingkungannya.
3. Prestasi Belajar
Menurut Hadari Nawawi (1991 : 100), prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu. Winkel (1996 : 39) menyatakan bahwa, prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Jadi prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi hubungan dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan-keterampilan, nilai-nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.
Prestasi belajar dalam cakupan pendidikan siswa sekolah dasar dapat didefinisikan sebagai kemampuan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah siswa menguasai pelajaran dan waktu tertentu. Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi, maka diadakan evaluasi dengan alat berupa tes dari guru.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil menurut Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002 : 120) ialah :
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Berdasarkan ungkapan pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi hasil belajar siswa di antaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada :
Nama Sekolah : SD WOJO
Alamat Sekolah : Jl. Imogiri Barat Km. 5 Sewon Bantul
Kelas : I
Jumlah siswa : 36 ( 17 putra dan 19 putri )
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
NO | Siklus | Hari / Tanggal | Waktu |
1 | I | Senin, 14 Maret 2011 | 09.00-10.10 (2 x 35 menit) |
2 | II | Senin, 28 Maret 2011 | 09.00-10.10 (2 x 35 menit) |
B. Deskripsi Pelaksanaan Perbaikan
Pelaksanaan perbaikan Pembelajaran ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Perencanaan
Setelah melihat kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran di SD WOJO khususnya kelas I, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA, serta rendahnya hasil belajar siswa, maka penulis mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
a) Mengadakan koordinasi dan kolaborasi dengan Kepala Sekolah, teman sejawat dan pembimbing untuk menetukan perbaikan.
b) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran ( RPP ) yang sesuai dengan materi.
c) Mempersiapakan sarana, media dan fasilitas yang diperlukan.
d) Memilih metode yang tepat.
e) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
f) Mempersiapkan lembar observasi.
Selengkapnya RPP terdapat pada lampiran.
b. Pelaksanaan
Pada kegiatan pembelajaran ini guru dibantu oleh teman sejawat. Untuk mengamati jalannya proses belajar mengajar.Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
Ø Guru menanyakan tentang benda-benda langit.
Ø Guru dan siswa menyanyikan lagu “Bintang Kecil”bersama-sama.
2) Kegiatan inti
Ø Guru memberi penjelasan tentang benda-benda langit.
Ø Guru mendemonstrasikan tentang benda-benda langit yang meliputi matahari bersinar dengan menggunakan senter, cahaya bulan yang berasal dari pantulan sinar matahari dan bintang terlihat kecil karena letaknya sangat jauh.
Ø Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok.
Ø Setiap kelompok mengerjakan tugasnya masing-masing.
Ø Guru dan siswa membahas hasil tugas hasil tugas kelompok.
Ø Guru menyimpulkan hasil belajar.
3) Kegiatan akhir
Ø Guru memberikan soal evaluasi
Ø Guru dan siswa membahas soal evaluasi.
Ø Guru memberikan tugas pekerjaan rumah.
Ø Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa.
Ø Guru bersama-sama siswa menyanyikan lagu ”Matahari terbenam”.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati keaktifan siswa di dalam kelas.Pengamat mencatat keaktifan siswa dengan menggunakan lembar observasi terstruktur, pengamat membubuhkan tanda (√) pada lembar observasi sesuai pengamatannya.
Selain itu, dalam proses belajar mengajar diamati oleh supervisor. Supervisor mengamati jalannya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat Penilaian Kemampuan Guru-PKP 1 (APKG-PKP 1).Lembar Penilaian Kemampuan Merencanakan Perbaikan Pembelajaran dan Alat Penilaian Kemampuan Guru-PKP 2 (APKG-PKP2).Lembar Penilaian Kemampuan Melaksanakan Perbaikan Pembelajaran.
Dari hasil pengamatan guru dan supervisor selama proses perbaikan pembelajaran siklus I ini masih ditemukan masalah-masalah sebagai berikut :
1) Beberapa siswa belum semuanya terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
2) Dalam mengerjakan tugas kelompok tidak semua siswa ikut secara aktif mengerjakannya.
3) Hasil evaluasi menunjukkan belum secara keseluruhan siswa mencapai standar ketuntasan.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi ini bertolak dari hasil observasi yang dilakukan guru dan supervisor selama proses pembelajaran.Dari hasil pelaksanaan perbaikan siklus I tingkat keaktifan siswa masih kurang yaitu baru 48% dan peningkatan hasil belajar masih kurang memuaskan yaitu 71,66.
Agar dalam pembelajaran dapat berjalan dengan harapan maka solusi yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1) Guru harus lebih banyak mendorong siswa untuk aktif dalam belajar.
2) Dalam mengerjakan tugas kelompok guru mengelilingi semua kelompok dan memotivasi semua anggota kelompok untuk aktif mengerjakan tugasnya.
3) Guru lebih banyak memotivasi siswa dalam belajar.
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik maka dilakukan perbaikan pembelajaran siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi tindakan I, maka diambil langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengadakan koordinasi dan kolaborasi dengan Kepala Sekolah, teman sejawat dan pembimbing untuk menentukan perbaikan.
2) Menyusun RPP siklus II
3) Mempersiapkan sarana/media dan fasilitas yang diperlukan.
4) Memilih metode yang tepat.
5) Membuat skenario pembelajarn yang berisi langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
6) Mempersiapkan lembar observasi.
7) Selengkapnya RPP terdapat pada lampiran.
b. Pelaksanaan
Pada siklus II ini guru berusaha menyempurnakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan menggunakan media yang lebih lengkap yaitu gambar suasana siang dan malam, serta tiruan atau model bulan, bintang dan matahari.
1). Kegiatan awal
Ø Pada apersepsi guru menanyakan tentang benda-benda langit.
Ø Guru dan siswa menyanyikan lagu “Bintang Kecil”.
2). Kegiatan inti
Ø Guru memberi contoh menempelkan model benda langit yang cocok ditempelkan pada gambar yang sesuai.
Ø Beberapa anak diminta menempelkan model benda langit pada gambar yang sesuai secara bergiliran.
Ø Siswa dibentuk menjadi 9 kelompok setiap kelompok terdiri atas 4 anak.
Ø Setiap kelompok diberi tugas untuk menggambar benda langit yang sesuai dengan perintahnya kemudian mewarnai gambar tersebut.
Ø Setiap kelompok memajangkan hasil tugasnya.
Ø Pembahasan hasil kerja tiap kelompok.
Ø Guru menyimpulkan hasil belajar, siswa mencatatnya.
3). Kegiatan akhir
Ø Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa.
Ø Guru membahas hasil evaluasi bersama siswa.
Ø Guru memotivasi siswa agar rajin belajar.
Ø Guru bersama siswa menyanyikan lagu “ Matahari Terbenam”.
1. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung guru mengamati keaktifan siswa di dalam kelas. Pengamat mencatat keaktifan siswa dengan menggunakan lembar observasi terstruktur, pengamat membubuhkan tanda (√) pada lembar observasi sesuai pengamatannya.
Selain itu selama proses pembelajaran berlangsung ada supervisor yang bertugas mengamati jalannya pembelajaran dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru - PKP ( APKG-PKP I ) dan Alat Penilaian Kemampuan Guru – PKP (APKG-PKP II ).
Dari pengamatan teman sejawat pada siklus II ini keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran telah meningkat dengan baik. Hal tersebut ditandai dengan besarnya partisipasi dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran yaitu 78% sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
2. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi bahwa dalam pembelajaran siklus II ini siswa tampak aktif mengikuti pembelajaran. Motivasi dan hasil belajar siswa pada siklus II ini telah meningkat dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata 82,63 dengan KKM 75. Oleh karena itu tidak diupayakan lagi perbaikan pembelajaran.
BAB IV
HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Diskripsi Per Siklus
PTK ini dilaksanakan dengan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Refleksi
Siklus I pada bagian perencanaan menghasilkan Rencana Perbaikan Pembelajaran I. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran I guru menjelaskan tentang benda-benda langit, kemudian memberikan lembar tugas kelompok. Setelah selesai, dilanjutkan pembahasan hasil kerja kelompok.Lalu guru menyimpulkan hasil belajar.Pada kegiatan penutup guru memberikan tugas evaluasi.Setelah selesai, dibahas bersama-sama.
Dari hasil pengamatan pada siklus I ini pembelajaran pembelajaran masih berpusat pada guru dan tidak semua siswa tersentuh oleh guru, sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dilihat dari lembar observasi keaktifan siswa dari 36 siswa terdapat 7 siswa yang tidak aktif, 12 siswa yang kurang aktif dan 17 siswa yang aktif.Di samping itu pencapaian nilai evaluasi juga masih rendah yaitu nilai tertinggi 85, nilai terendah 50, nilai rata-rata 71,66 dengan KKM 75. Kenaikan 10% dari nilai awal.
Berdasarkan refleksi maka pembelajaran diperbaiki dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini guru lebih banyak memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran, yaitu dengan menempelkan model benda-benda langit pada gambar yang sesuai, disamping itu dalam tugas kelompok siswa menggambar benda-benda langit yang sesuai dengan perintahnya serta mewarnainyanya. Kemudian siswa memajangkan hasil tugas kelompoknya, dilanjutkan pembahasan. Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan soal-soal evaluasi.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II keaktifan dan prestasi siswa semakin meningkat. Dari 36 siswa terdapat 3 siswa yang tidak aktif, 7 siswa yang kurang aktif dan 26 siswa yang aktif. Dari banyaknya siswa yang meningkat motivasi belajarnya, hasil evaluasi belajar siswa juga meningkat dengan nilai tertinggi 95, nilai terendah 75, nilai rata-rata 82,63 dengan KKM 75. Dengan demikian hasil evaluasi meningkat 27% dari nilai rata-rata awal.
Dengan melihat hasil perbaikan pembelajaran siklus II, maka tidak diupayakan lagi perbaikan pembelajaran.
B. Pembahasan
Berdasarkan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran dari awal hingga pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II telah menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan data dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa dalam evaluasi yang dilaksanakan. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa selalu meningkat dari siklus I dan siklus II. Namun belum semua siswa memahami materi dengan baik, terbukti masih ada beberapa anak yang belum mencapai ketuntasan yang diharapkan.
Pada siklus I nilai rata-rata yang didapat 71,66 dengan KKM 75. Sedangkan keaktifan siswa 48%. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan.Dari hasil observasi hal ini karena perhatian guru pada siswa belum menyeluruh dan bagi siswa yang berprestasi tidak diberi hadiah misalnya pujian.
Hasil refleksi yang dilakukan guru pada siklus II guru berupaya memperbaiki pembelajaran dengan meningkatkan perhatian dan memotivasi siswa dengan menyempurnakan metode dan menggunakan media yang lebih bervariasi. Siswa menempelkan model benda-benda langit pada gambar yang sesuai. Siswa menggambar dan mewarnai. Dengan demikian siswa termotivasi untuk belajar. Siswa terlihat lebih berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil evaluasi pada siklus II cukup memuaskan. Nilai rata-rata yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan yaitu 82,63 dengan KKM 75 atau meningkat 27% dari nilai awal.
Adapun data yang telah diperoleh dari perbaikan pembelajaran untuk IPA dengan 2 siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Hasil Rerata Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA
di kelas I SD Wojo
| Nilai Awal | Siklus I | Siklus II |
Nilai Rata-rata | 65,00 | 71,66 | 82,63 |
Kenaikan | - | 6,66 | 17,63 |
Prosentase | - | 10% | 27% |
Penjelasan tabel :
1. Nilai awal digunakan sebagai patokan pelaksanaan siklus I dan siklus II.
2. Nilai rata-rata dihitung dari jumlah nilai yang diperoleh siswa dibagi jumlah siswa.
3. Kenaikan ditentukan dari nilai rata-rata siklus dikurangi nilai awal.
4. Prosentase dihitung : kenaikan x 100%
Nilai Awal
Tabel data nilai dapat disajikan dalam diagram batang di bawah ini.
Diagram Batang Nilai Perbaikan Pembelajaran
Mata Pelajaran IPA kelas I SD Wojo
Melalui daftar diagram batang di atas maka terlihat adanya kenaikan nilai rata-rata dalam setiap siklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hal ini menunjukkan pemahaman siswa terhadap materi juga semakin meningkat.
Selain daftar nilai sebagai hasil pembelajaran , peneliti juga menyajikan data-data hasil observasi. Hasil observasi ini tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Untuk data observasi tentang keaktifan siswa tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas I SD Wojo
Keaktifan | Siklus I | Siklus II |
Tidak Aktif | 7 | 3 |
Kurang Aktif | 12 | 7 |
Aktif | 17 | 26 |
Tabel data lembar observasi dapat diperjelas dalam diagram batang di bawah ini.
Diagram Batang Keaktivan Siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Cara menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
a. Guru harus menguasai materi pelajaran.
b. Guru harus menguasai langkah-langkah demonstrasi dalam pembelajaran.
c. Guru harus dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Cara menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan aktifitas siswa berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
a. Guru harus memperhatikan semua siswa.
b. Bagi siswa yang berprestasi diberi hadiah.
c. Guru harus lebih banyak mendorong siswa untuk aktif dalam belajar.
d. Menggunakan media yang lebih vareasi.
B. Saran
Untuk mengoptimalkan hasil belajar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran, antara lain:
1. Memilih dan menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran.
2. Mengalokasikan waktu dan memanfaatkan waktu dalam pembelajaran dengan baik, mulai kegiatan awal sampai akhir sesuai proporsi masing-masing.
3. Dalam melaksanakan pembelajaran IPA, hendaknya menjadikan metode demonstrasi sebagai cara dalam penyampaian pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih konkrit dan bermakna bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli dkk. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional.
Asma, Nur. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta ; Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Darmodjo, Hendro (1992), Pendidikan IPA. Jakarta : BP2 GSD-Dirjen Dikti.
Nawai, Hadari (1991). Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada Perss.
Samatowa, Usman (2006), Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Sugihartono, et al. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Perss.
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar