" Sebuah Catatan Kehidupan: FILOSOFI KEHIDUPAN

SELAMAT DATANG - WELCOME - WILLKOMMEN

SELAMAT DATANG - WELCOME - SUGENG RAWUH - WILLKOMMEN - ترحيب
Tampilkan postingan dengan label FILOSOFI KEHIDUPAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FILOSOFI KEHIDUPAN. Tampilkan semua postingan

Menelusuri dan memaknai filosofi kehidupan di pinggir makam leluhur di kotagede

Makam kotagede

 Salah satu hal yang pernah terpikir bahkan terlontar dalam pertanyaan adalah siapa leluhur kita sebagai orang yang terlahir di jawa?

Konteks leluhur disini berarti cikal bakal adanya keturunan jawa yang tersebar hampir di semua bagian tanah jawa. Merujuk pada penglihatan secara batin tanpa mengenyampingkan sejarah, awal nya eksodus etnis jawa berawal pada bagian timur yang menyebar ke arah barat. Dari sini juga dapat dibaca bahwa tanpa menyebut Nama, etnis jawa Salah satunya berkembang ditempat in.

Anggap saja kita tidak mengetahui asal muasal mengapa Dari sini bisa terlihat adanya satu kesatuan entitas yang sailing mendukung satu sama lain dalam membentuk kejayaan sebuah trah besar keluarga keturunan jawa secara umum.

Dari beberapa kesatuan entitas itu Dari sinilah terkumpul banyak bagian sejarah yang merangkai peradaban Dari satu generasi ke generasi lain.

Anggap saja kita sedang berpiknik dan menikmati suasana makam yang adrm tanpa suara bising kendaraan. Anggap saja ditempat in tempat paking asyik untuk sekedar ngopi Dan ngobrol ngalor ngidul yang ringan. 

Nrimo ing panduming Gusti menjadi salah satu filosofi kejawen yang matang secara spiritual

 Nrimo adalah menerima,

Ing adalah pada

Panduming adalah pemberian dan kasih sayang

Gusti adalah pengejawantahan sang pencipta, dapat disebut sebagai Tuhan dengan berbagai namanya diantaranya Alloh, Allah, Eli, Elohim, Rabbi, Illahi, Tuhan yang maha baik, Tuhan yang maha agung, Gusti kang hakaryo jagad, Gusti Pangeran dan sebutan lain yang memusatkan pada satu titik persembahan dan penyembahan Tuhan.

Dalam kejawen sepanjang yang saya tahu, keistimewaan Tuhan adalah diatas segalanya. tak ada yang menyainginya, tak ada yang menandingi kekuasaannya atas segala yang ada di kehidupan baik bumi ataupun langit.

Satu rangkaian filosofi hidup kejawen yaitu Nrimo img panduming Gusti, dimaknai sebagai penerimaan total terhadap pemberian Tuhan, baik pemberian yang dikatakan manusia sebagai hal baik seperti kesehatan, rejeki dan kelimpahan kehidupan, namun juga pemberian yang kurang baik seperti sakit, rasa kecewa, ujian hidup yang bertubi tubi. Semua itu dapat diterima dengan lapang dada, tidak protes apalagi menyalahkan Tuhan. Selalu berusaha menjalani kehidupan dengan segala hal yang ada didalamnya. Tidak ada kata penolakan atau penyangkalan, karena murni semuanya berasal dari Tuhan.

Keberhasilan seseorang yang dalam hidupnya menerima apapun yang terjadi dalam hidup, menyimbolkan bahwa diri tersebut sudah bertauhid penuh, berpasrah dengan segala keadaan dan menerima dengan lapang dada apa yang kudu dihahapinya.

Tingkat kepasrahan kejawen dalam memahami penerimaan hidup ini dilukiskan sebagai seorang biksu yang hanya yakin pada satu titik keyakinan kepada Tuhan. Tak ada lagi keraguan dalam hidup dan kehidupan karena semuanya sudah diatur oleh Gusti yang maha welas asih.

Berbicara dengan hati sebenarnya bicara dengan pola tindakan yang terpuji yang tetap selalu dapat dimaknai

 Berbicara itu gampang. Berbicara secara umum adalah mengeluarkan vokal dan konsonan di pangkal lidah yang tervibrasi membran atas tenggorokan dan jadilah sebuah kata, kalimat dan uraian yang terlontarkan dan bisa didengarkan melalui indra pendengaran.

Lantas kenapa berbicara yang baik selalu dikaitkan dengan hati, padahal kelihatannya tak ada keterkaitan langsung antara keduanya. Begini, salah satu parameter dalam berbicara baik adalah ketika kita melandasinya dari niatan dalam hati agar tak tergantikan oleh potensi ruang hati yang lain untuk mempengaruhinya. 

Salah satu identifikasinya adalah sebelum berbicara harus dipikir terlebh dahulu sebelum diucapkan. Ini saat yang harus dilalui dalam hitungan seper sekian detik. Cepatnya memutuskan apakah kata tersebut akan dilontarkan, itulah yang dinamakan kata hati diejawantahkan menjadi berbicara dalam kehidupan yang berkaitan antara individu yang satu dengan yang lain.

Kehidupan terlalu singkat untuk disia siakan dan dijalankan seenaknya

 Fase kehidupan manusia secara lahiriah adalah dari dilahirkan menjadi bayi, kemudian perlahan menjadi anak anak, lanjut lagi menuju usia remaja. Lalu tahapan manusia mencapai dewasa dan menjadi orang tua sampai akhirnya meninggalkan dunia.

Fase tersebut terisi masing masing dengan dunianya dan masanya. Ada saat dimasa bayi kita dininabobokkan, dipenuhi segala keperluan oleh orang tua akibat diri kita lemah pada saat itu. Lalu fase berlanjut menuju anak anak, yang secara perlahan menerima rangsangan energi dari lingkungannya. Mereka menerima pengetahuan lebih cepat dibanding saat menjadi bayi.

Fase setelahnya adalah remaja dan disaat inilah gejolak baik atau buruk tercipta. Saat remaja inilah yang menentukan fondasi kehidupan untuk melanjutkan ke fase setelahnya.

Lanjut ke fase dewasa, saat manusia sudah matang dan segera berbuah untuk dapat dirasakan oleh manusia lain dengan memetik buah kebaikan dari manusia tersebut. Pada saat dewasa inilah cikal bakal kekuatan penuh dimana semua energi sedang mencapai klimaknya.

Bila energi baik terpancar pada fase ini maka untuk fase berikutnya tinggal menggenapinya saja. Namun bila pada saat dewasa ini banyak keburukan terjadi maka akan berkembang menjadi semakin tidak baik di masa mendatang.

Disaat inilah perlu adanya kontrol diri, penyelarasan diri serta meningkatkan kemampuan diri untuk membuat eksistensi dalam hidup menjadi lebih baik dan bermanfaat kepada alam dan manusia lain.

Bermanfaat adalah kata tepat untuk mendeskripsikan keberadaan manusia di kehidupan ini dan menjadi tolak ukur nilai sebuah kehidupan yang dijalaninya..


Ojo seneng disawang nanging senengo nyawang kanti mripat padhang

 Pancen kadangkolo urip kui lucu yo lur!, Seneng disawang liyan, seneng diajeni liyan lan seneng dianggep mentereng karo liyan. Babagan koyo ngene iki lumrah. Lumrah yen ditepakke ono urip sing sakmestine. Sopo wonge sing ora seneng dianggep sugih karo liyan opomeneh pancen dhasare uwes sugih. Sopo wonge sing ora seneng dianggep ayu utowo bagus, karono dhasare yo uwes ayu opo bagus.

Sopo wonge sing ora seneng disawang sukses, karono saknyatane pancen sukses donya akherat. Sopo wonge sing ora seneng dianggep pinter karono uwes pinter seko lair nganti seprene. Sopo wonge sing ora seneng didelok merdeka karono saknyatane pancen uwes merdeka.

Urip kui pancen kadangkolo mblingerke, padahal kasunyatane ora ono nabi sing pingin dianggep dadi nabi, Ora ono sejarahe wong sekti ngaku sekti lan ora ono juntrunge wong sing pinter malah keminter. Ngaku pinter nanging ora minterke urip, kadangkolo malah kanggo minteri liyan.

Kawruh iki mung sewates artikel utowo tulisan sing iso dirasakke marang penulis. Tulisan iki mung sewates ngelingake awake dewe. Ora ono istilahe ngguroni opomeneh ngajari, karono sing nulis artikel iki yo mung sewates nulis meski tanpa makna nanging iso dirasakke.

Artikel basa jawa iki ojo disebar ning endi papan, wes ben manggon neng kene wae. madhep mantep ngopi sinambi nyawang urip sing iso disawang. Nyawang ateses menehi arti kanggo liyan. Nyawang ugo iso di lakokkake nganggo perilaku sing iso ngajeni marang sepoho podho meski ora kudu diajeni.

Contoh nyata dalam membangun kekuatan hidup yang dilandasi kepasrahan terhadap sang khalik

 Salah satu kelemahan manusia adalah selalu tergoda dengan bisikan luar tubuh yang mengantar kepada ketidakpastian pegangan yang berlandaskan keyakinan. Salah satu contoh sifat rapuh manusia adalah ketika diuji dengan materi yang tak seberapa dibandingkan nilai hidup itu sendiri.

Kelemahan lainnya adalah ketika manusia dihadapkan kepada apa yang terlalu dicintainya dalam hidup. Merasa bahwa apa yang dimiliki akan selalu dimiliki, padahal dalam sekejab mata Tuhan dapat memisahkannya dengan satu cara yaitu kematian.

Rasa memiliki yang besar, takut kehilangan dan terlalu bersandar pada kefanaan menyebabkan rapuhnya kekuatan manusia dalam menerima apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Rasa cinta yang berlebihan terhadap sesuatu juga akan merapuhkan sendi kekuatan kehidupan,

Untuk itulah kekuatan hidup yang mengelola adalah diri kita tanpa meninggalkan kebersatuan terhadap sang khalik agar tercapai keseimbangan diri dan kekuatan sebenarnya dari sisi kehidupan manusia.

Filosofi kehidupan dari sisi netralitas pandangan umum dan penguatan keteguhan batin bagian 3

 Alanglah indah bila hidup tanpa masalah, tetapi timggu dulu. Ada hal diluar raga kita yang tetap diuji sesuai kapasitas masing masing. Raga diuji dengan rasa sakit yang bisa tampak oleh mata, namun ada juga yang tak kasat mata.

Peran keteguhan batin disini menentukan arah raga yang dibawanya, menuju satu resiliensi diri yang sebenarnya. Banyak faktor penentu yang mambuat batin menjadi kuat diantaranya dengan banyak merenungkan hidup, banyak mencari inspirasi diluar raga kita untuk mendapatkan energi tertinggi dari manusia.

Secara gamblang dapat diungkap bahwa kekuatan batin seseorang ditentukan oleh beberapa unsur diantaranya tingkat kepasrahan terhadap Tuhan. Disamping itu rasa percaya diri sendiri bahwa merasa kuat secara batin diperlukan untuk menangkis serangan energi dari luar. Kekuatan batin juga dapat diasah melalui kegiatan untuk mendekat kepada sang pencipta. Apapun kegiatan tersebut sangat mempengaruhi seseorang dalam mengasah batin agar menjadi semakin kuat.

Alhasil semua bergantung kepada masing masing dari diri kita untuk selalu teguh secara batin yang dapat melandasi terciptanya keharmonisan dalam kehidupan.

Selesai.


Filosofi kehidupan dari sisi netralitas pandangan umum dan penguatan keteguhan batin bagian 2

 Perjalanan hidup dan kehidupan akan terus mengalami gejolak dan fluktualitas serta kompleksitas permasalahan yang harus dihadapi suka atau tidak suka. Dalam pendangan batin, langkah paling efektif dalam mengelola hidup adalah menjalankan batin secara tidak terkait dengan teori ajaran hidup secara penuh. Langkah ini tercapai bila fase perjalanan hidup sudah matang dan tak lagi terkait pada hal apapun selain penyatuan diri dan batin kita kepada Tuhan.

Anggap saja kita sudah memahami ajaan yang kita sandang dan kita peluk dalam konteks identitas. Bila ajaran tersebut sudah kita pahami secara detail, langkah selanjutnya adalah menentukan arah batin yang secara spiritual bebas dari doktrin atau doqma yang mengekang kita. Karena sesungguhnya fase batin adalah perjalanan berikutnya yang ditempuh untuk lepas dari kefanaan.

Batin yang teguh adalah batin yang dapat kita kelola dan bebas dari rasa nafsu keduniawan secara berlebihan. Bahkan dalam tataran kita menyiapkan diri menghadap sang pencipta, tak ada lagi yang mengekang kita, tak ada lagi yang membelenggu jiwa dan tak ada yang mempengaruhi batin untuk melalkukan sesuatu yang melanggar ajaran.

Bila manusia sudah berada di tahapan ini maka menghadap Tuhan pun sudah dapat dipahami dan tak menimbulkan kegundahan apalagi kecewa.

Kecewa itu adalah karena nafsu, begitu juga dengan marah, benci,iri dan dengki. Sifat sifat ini lah yang harus kita hindari dalam tata kelola batin agar kehidupan dapat berjalan sesuai arah batin yang benar dan membenarkan tanpa melihat ajaran lain salah.


Filosofi kehidupan dari sisi netralitas pandangan umum dan penguatan keteguhan batin bagian 1

Batin adalah sisi alam manusia yang tak dapat terjamah oleh indera penglihatan mata, namun dapat dirasakan dan dapat dipahami bila kita bersentuhan batin. Secara teori unpublic batin dijalankan oleh raga dengan memadukan fisik dan alam kefanaan secara kontinyu sehingga menghasilkan sikap batin yang dapat dilihat dalam sikap fisik.

Batin yang baik adalah batin yang memperjalankan kehidupan berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu yang saling mengikat satu sama lain.

Batin memperjalankan rasa dan karsa dalam diri tempat bersemayamnya, secara ajaran apapun yang berlaku akan saling melengkapi dan saling menggenapi. Tak ubahnya batin yang terjaga baik akan memunculkan perilaku yang baik.

Batin menerima respon secara alami dari teori keyakinan apapun yang tumbuh dan berkembang di luar diri yang dinamakan dunia drama kehidupan.

Batin yang baik selalu berusaha mengikuti ajaran yang dipegang oleh fisik dengan tanpa adanya pertentangan dengan sang pencipta. Apapun ajaran yang dipakai, selalu baik dan dipahami sebagai rambu rambu hidup dalam neyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

Kita tidak akan bicara tentang agama atau keyakinan tertentu tapi lebih luas lagi bagaimana kita mengejawantahkan ajaran tersebut lewat pondasi kehidupan yang kokoh yang dibalut dengan keteguhan hati pelakonnya.

Apapun ajaran atau agama sudah tidak kita permasalahkan lagi karena kita memasuki perjalanan batin, perjalanan kehidupan manusia yang tidak dapat dijamah tetapi dapat dirasakan. 

Bersambung ke bagian 2...


Ads By Google

ADVERTISEMENT