Contoh Makalah tentang karakter dan ciri orang difable

Karakteristik para Difabel

Karakteristik difabel berdasarkan tingkat ketajaman penglihatannya dikasifikasikan menjadi dua, yaitu :

Karakteristik Difabel Total

Kekurangan dalam penglihatannya atau bahkan kehilangan sama sekali penglihatannya akan mempunyai akibat. Akibat tersebut berupa berbagai masalah yang secara sadar maupun tidak sadar mereka lakukan. Masalah tersebut berupa kegiatan yang dilakukan para difabel. Itulah karakteristik atau ciri khas difabel. Karakter dan karakteristik mempunyai perbedaan arti. Karakter adalah sifat seseorang, sedangkan karakteristik adalah kegiatan yang dilakukan oleh semua orang atau alam hal ini adalah para difabel. Berat ringan karakterristik tergantung sejak kapan mengalami ketunaannya, tingkat ketajaman penglihatannya, tingkat pendidikannya, lingkungan serta usia.


Karakteristik para difabel adalah sebagai berikut:

a. Rasa curiga pada orang lain.
Keterbatasan akan rangsang penglihatan yang iterimanya akan menyebabkan para tunanetra kurang mampu untuk berorientasi dengan lingkungannya. Akibatnya kemampuan mobilitasnya terganggu. Pengalaman sehar-hari menunjukkan kepada para difabel bahwa tidak mudah baginya untuk menemukan sesuatu benda yang dicarinya. Para difabel pada awalnya sering bertabrakan dengan orang lain, kakinya terperosok dalam lubang dan pengalaman lain yang menimbulkan rasa sakit, kecewa dan rasa tidak senang dalam hati. Namun ia tidak tahu kepada siapa perasaan yang tidak menyenangkan ini akan ditumpahkan. Perasaan-perasaan kecewa, sakit hati dan sebagainya yang dialami oleh para difabel tersebut mendorong dirinya untuk selalu hati-hati dalam setiap tindakannya, sikap yang selalu hati-hati inilah yang akhirnya dapat menimbulkan sikap yang selalu curiga terhadap orang lain.

b. Perasaan mudah tersinggung.
Perasaan mudah tersinggung ini timbul karena pengalaman sehari-hari yng selalu menyebabkan kecewa, cuiga pada orang lain. Akibatnya para ifabel menjadi emotional, sehingga segala senda gurau, tekanan suara tertentu atau singgungan fisik yang tidak sengaja dari orang lain dapat menyinggung perasaannya. Jadi mereka mudah sensitive dan mudah tersinggung terhadap orang lain.

c. Ketergantungan yang berlebihan.
Sikap ketergantungan yang berlebihan adalah sikap para difabel yang lain. Mereka tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, mereka cenderung untuk mengharapkan uluran tangan dari orang lain. Hal ini terjadi karena dua faktor. Faktor pertama datang dari dirinya sendiri yang tidak atau belum mau berusaha sepenuh hati untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Kedua dari luar dirinya karena selalu ada rasa kasih sayang dan perlindungan yang berlebihan dari orang lain disekitarnya. Akibatnya para difabel tidak pernah berbuat sesuatu, segala keperluannya telah disiapkan orang lain.

d. Blindism
Blindism merupakan gerakan-gerakan yang dilakukan para difabel tanpa mereka sadari. Misalnya selalu menggelengkan kepala tanpa sebab dan menggoyangkan badan tanpa mereka sadari. Semua gerakan ini tidak terkontrol oleh mereka, sehingga orang lain akan pusing melihat gerakan tersebut.

e. Rasa rendah diri.
Para difabel selalu menganggap dirinya lebih rendah dari orang yang normal. Ha ini disebabkan mereka selalu merasa iabaikan oleh orang disekitarnya.
Perasaan yang kerap sekali timbul saat berinteraksi dengan orang yang awas adalah :

Merasa rendah diri atau minder serta terisolir atau tersiih, hal ini terjadi karena orang awas jarang mau bicara dengan para difabel.

Merasa rendah diri dan malu. Para difabel mencoba untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan kegiatan lingkungan, tetapi masyarakat atau orang awas tidak dapat menerimanya.

Merasa rendah diri dalam pergaulan, sebab para difabel sering diejek, digoda, dilarang keluar rumah dan selalu mendapat belas kasihan.

f. Tangan kedepan dan badan agak membungkuk.
Difabel cenderung agak membungkukkan badan dan tangan ke depan, maksudnya untuk melinungi badannya dari sentuhan benda atau terantuk benda tajam.

g. Suka melamun.
Mata yang tidak berfungsi mengakibatkan tidak dapat mengamati keadaan lingkungan, maka waktu yang kosong sering dipergunakan untuk melamun.

h. Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek.
Fantasi ini sangat berkaitan dengan melamun. Lamunannya akan menimbulkan fantasi pada suatu obek yang pernah diperhatikan dengan rabaannya. Fantasi ini cukup bermanfaat untuk perkembangan pendidikan para difabel. Dengan mudahnya berfantasi, maka pengajar akan mudah juga untuk menerangkan sesuatu yang seikit abstrak. Pengalaman sehari-hari dikaitkan dengan fantasinya.

i. Kritis.
Keterbatasan dalam penglihatannya dan kekuatan dalam berfantasi mengakibatkan para difbel sering bertanya pada hal-hal yang belum dimengerti sehingga mereka tidak salah konsep. Para difabel tidak pernah berhenti bertanya bila ia belum mengerti.

j. Pemberani.
Para difabel akan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh tanpa ragu-ragu. Sikap ini terjadi bila mereka mempunyai konsep dasar yang benar tentang gerak dan lingkungannya, sehingga kadang-kadang menimbulkan rasa cemas dan was-was bagi orang lain yang melihatnya.

k. Perhatian terpusat (terkonsentrasi).
Kebutuhan menyebabkan dalam melakukan suatu kegiatan akan terpusat. Perhatian yang terpusat ini sangat menukung kepekaan indera yang masih ada atau mormal.

Karakteristik difabel kurang lihat ( low Vision )

Dikatakan Low Vision bila orang tersebut masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika orang tersebut hanya mampu membaca headline pada surat kabar.

Karakteristik difabel low vision :
1) Selalu mencoba mengadakan fixation atau melihat suatu benda dengan memokuskan pada titik benda.
2) Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya terutama pada benda yang terkena sinar.
3) Bergerak dengan penuh percaya diri baik dirumah maupun disekolah.
4) Merespon warna.
5) Mereka dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar dengan sisa penglihatannya.
6) Tertarik dengan benda yang bergerak.
7) Selalu menjadi penuntun bagi temannya yang buta.
8) jika berjalan sering membentur atau menginjk-injak benda tanpa disengaja.
9) kesulitan melakukan gerakan-gerakan halus dan lembut.
10) Selau melihat benda dengan global atau menyeluruh.
11) Koordinasi atau kerja sama antara mata dan anggota badan yang lemah.

Karakteristik difabel secara umum yang sangat berkaitan dengan kepentingan pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Kemampuan intelektual
Kedifabelan tidak secara otomatis menimbulkan intelejensi rendah, keadaan intelejensi para difabel tidak berbeda dengan anak normal. Anak yang mengalami kelainan penglihatn ini juga bias berkomunikasi secara lisan dan mereka mampu berprestasi seperti anak yang normal. Dan dapat diketahui bahwa perkembangan intelejensi pra difabel akan tergantung pada pengalaman-pengalaman hidup yang mereka alami.

b) Perkembangan fisik.
Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan fisik difabel tidak berbeda dengan anak normal. Para difabel dengan segala keterbatasannya kurang memiliki aktifitas gerak dan mobilitas seperti anak normal sehingga mempengaruhi pertumbuhan fisiknya.

c) Prestasi akademik.
Hilangnya satu indra apabila tidak dikompensasikan dengan indra lain akan mempunyai pengaruh dalam prestasi di sekolah.
Difabel adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang normal. Maka dapat diketahui kondisi seseorang dengan gangguan penglihatan seperti:
• Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiiki orang awas.
• Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
• Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
• Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.

Pada umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah orang tersebut difabel atau tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Dan perlu diketahui bahwa orang dapat dikatakan difabel bila ketajaman penglihatannya (visusnya) kurang dari 6/21. Artinya bahwa seseorang hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.
Akibat kekurangmampuan menyebabkan keterbatasan-keterbatasan bagi para difabel. Ini disebabkan difabel menderita kesukaran dalam menerima rangsangan implikasi yang mungkin timbul dari kondisi tersebut antara lain :

1. Curiga terhadap orang lain.
Sikap ini muncul sebagai akibat terbatasnya orientasi lingkungan. Karena terbatasnya orientasi lingkungan para difabel sering harus bekerja keras untuk mengenal ruang. Dalam perkembangan yang tidak sempurna dan kemampuan untuk berorientasi terganggu, maka tak jarang para difabel mengalami pengalaman sehari-hari yang mengecewakan, ini membuat mereka berhati-hati, padahal sikap kehati-hatian yang berkepanjangan menimbulkan sikap curiga terhadap orang lain.

2. Perasaan mudah tersinggung kerap dialami.
Hal ini terjadi karena terbatasnya rangsangan visual yang diterima serta indera lain yang kurang baik peranannya. Mka, untuk mengatasinya melalui pemberian pendidikan agama, budi pekerti dan dengan membinanya.

3. Ketergangguan yang berlebihan.
Sikap ini isebabkan factor luar yang selalu memperoleh pertolongan dari orang lain dan factor dalam yaitu tidak berusaha mengatasi persoalan dirinya.

2. Dampak kedifabelan bagi Keluarga, masyarakat dan Penyelenggara Pendidikan.

Dari pandangan orang yang tidak berkelainan, para difabel memiliki beberapa karakteristik, baik yang positif ataupun negative. Beberapa penilaian yang termasuk negative adalah bahwa pada umumya para difabel memiliki sikap tidak berdaya, sikap ketergantungan, memiliki tingkat kemampuan rendah dalam orientasi waktu, tidak suka berenang, menikmati suara dari televise, tidak pernah merasakan kebahagin, memiliki sifat kepribadian yang penuh dengan frustasi-frustasi, kaku, resisten terhadap perubhn-perubahan, cenerung kaku dan cepat menarik tangan dari lawannya pada saat bersalaman, serta mudah mengalami kebungungan ketika memasuki ingkungan yang tidak familiar yang ditunjukkan dengan perilaku-perilaku yang tidak tepat. Sebagian besar orang biasanya percaya bahwa mereka mengalami kedifabelan disebabkan oleh hukuman atas dosa-dosa orang tuanya, namun kalangan yang lebih professional memandang bahwa hal tersebut disebabkan oleh factor keturunan atu terjadinya infeksi beberapa penyakit tertentu.

Pada umumnya orang yang tidak berkelainan berpendapat bahwa kelompok ini merupkan suatu kelompok minoritas, seperti halnya kelompo orang negro tau kulit putih. Pada kelompok difabel yang baru ditemukan, mereka cenderung menunjukkan perilakuperilaku yang tidak sesuai atau selaras dalam menghadapi berbagai situasi dan seringkai menunjukkan reaksi-reaksi yang tidak masuk akal. Mereka yang memiliki penglihatan tidak sempurna cenderung patuh atau tunduk dalam hubungan interpersonal dengan orang yang tidak berkelainan.

Namun demikian ada juga hal positif atau kelebihan yang mereka punya seperti kepekaan terhadap suara, peraban, ingatan, keterampilan dalam memainkan alat musik serta ketertarikan yang tinggi terhadap nilai-nilai moral dan agama.
Para difabel sering dilihat sebagai individu yang khas, secara fisik mereka dapat dicirikan dengan menggunakan tongkat, menggunakan kacamata gelap, dan ekspresi wajah tertentu yang datar. Secara sosiologis para difabel sering dicirikan dengan mngikuti sekolah-sekolah khusus, jarang bekerja ilingkungan industri, dan secara ekonomis memiliki sifat ketergantungan yang tinggi. Sedangkan secara psikologis mereka sering dicirikan dengan pemilikan indera yang superior terutama dalam hal perabaan, pendengaran, dan daya ingatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments